Monday, November 12, 2007

Pemberdayaan Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) Dalam Kejadian DBD

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang menimbulkan kejadian luar biasa tiap tahunnya di berbagai daerah di Kabupaten Gresik. Penanggulangan wabah DBD tidak hanya melibatkan sektor kesehatan tetapi juga berbagai sektor dimana pada kegiatan kali ini sektor pendidikan terlibat langsung dengan peran aktif siswa di sekolah. Wamantik merupakan siswa pemantau jentik yang dibentuk di tiap-tiap sekolah serta memiliki peran melakukan kegiatan surveilans, preventif serta promotif. Peran surveilans yang dilakukan meliputi identifikasi kontainer, menghitung indeks kontainer dan indeks rumah. Peran preventif yang dilakukan adalah siswa dilatih untuk memahami pentingnya gerakan 3M dan mampu mengaplikasikan di lingkungan rumah khususnya dan lingkungan sekolah dan masyarakat pada umumnya

Fokus dari pelatihan ini adalah melatih siswa untuk melakukan monitoring dan pemberantasan jentik serta menanamkan sejak dini kepada para siswa mengenai bahaya DBD. Oleh karena itu pelatihan mengenai DBD diberikan sebagai upaya awal meningkatkan pengetahuan mereka akan penyakit berbahaya ini. Pelatihan ini ditindaklanjuti dengan kegiatan identifikasi kontainer dan pencarian serta pengisian kartu wamantik dengan metode pre post test.

Pada pelatihan ini diukur tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan 3M. Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,000 sehingga didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan 3M. Jenis kontainer yang diidentifikasi oleh siswa meliputi bak mandi, bak penampungan di kakus, vas bunga, drum/gentong/tempayan, dispenser, buangan air kulkas dan genangan air di halaman rumah. Indeks kontainer di rumah wamantik turun dari 14% menjadi 3%. Indeks rumah di rumah wamantik juga mengalami penurunan dari 49% menjadi 11%. Gerakan 3M dan abatisasi di rumah wamantik juga meningkat sesudah pelatihan diberikan.

Pada pelatihan ini ABJ di rumah wamantik yang semula 51% dapat ditingkatkan menjadi 89% pada akhir pelatihan. ABJ yang meningkat dapat memutus siklus hidup nyamuk sehingga kepadatan populasi serta regenerasi nyamuk akan berkurang. Dalam jangka panjang hal ini diharapkan mampu mencegah kejadian penyakit DBD.